Jalaluddin dan Usman Said dalam bukunya Filsafat Pendidkan
Islam Konsep dan Perkembangan mengemukakan perkembangan periodisasi filsafat
pendidikan Islam sebagai berikut:
1. Periode awal perkembangan Islam
Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini
merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadis, yang
keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi Islam. Dengan kata lain, bahwa
pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi al-Qur’an dan hadis, tidaklah
muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat
seperti yang digambarkan oleh Islam. Pemikiran itu berada dalam kerangka
paradigma umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Dengan
demikian pemikiran mengenai pendidikan yang dilihat dalam al-Qur’an dan hadis
mendapatkan nilai ilmiahnya. Pada periode kehidupan Rasulullah Saw tampaknya
mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits
secara murni. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbentuk
pelaksanaan ajaran al-Qur’an yang diteladani oleh masyarakat dari sikap dan
prilaku hidup Nabi Muhammad saw.
2. Periode klasik
Periode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan
khulafa’ al-Rasyidun hingga awal masa imperialis Barat. Rentang waktu tersebut
meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran
kekuasaan Islam secara politis hingga awal abad ke-19.
Walaupun
pembagian ini bersifat tentative, namun terdapat beberapa pertimbangan yang
dijadikan dasar pembagian itu. Pertama, sistem pemerintahan; kedua, luas
wilayah kekuasaan; ketiga, kemajuan-kemajuan yang dicapai; dan keempat, hubungan antar
negara.
Dari dasar pertimbangan tersebut, maka diketahui bahwa di
awal periode klasik terlihat munculnya sejumlah pemikiran mengenai pendidikan.
Pemikiran mengenai pendidikan tersebut tampak disesuaikan dengan kepentingan
dan tempat serta waktu. Beberapa karya ilmuan Muslim pada periode klasik yang
karya-karyanya secara langsung memuat pembahasan mengenai
pendidikan yaitu:
Ibn Qutaibah (213-276 H), nama lengkapnya Abu Muhammad
Abdullah Ibn Muslim Qutaibah al-Dainuri, keahliannya adalah bahasa Arab dan
sejarah; karya yang terkenal : al-Ma’ani al-Kabirah, syakl al-Qur’an, Gharib
al-Qur’an, Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Fadhl al-Arab, al-Syi’r wa al-Syu’ara;
al-Ma’arif, al-Radd ‘ala al Jahimmiyah wa al-Musyibbihah, Imamah wa al-Siyasah,
dan ‘Uyun al-Akhbar. Pemikirannya menyangkut tentang masalah pendidikan bagi
kaum wanita, ilmu yang bermanfaat dan nilai-nilai bagi yang mengembangkannya.
Perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode klasik
ini masih menyimpan tokoh-tokoh seperti ; Ibnu Masarrah (269-319) yang
pemikirannya menyangkut tentang jiwa dan sifat-sifat manusia, Ibnu Maskawaih
(330-421), pemikirannya tentang pentingnya pendidikan akhlak, Ibnu Sina
(370-428), karya besarnya as-Syifa dan al-Qanun al-Tibb sebuah karya
ensiklopedi kedokteran, dan Al-Gazali (450/1058-505/1111 M), karya besarnya
sering menjadi acuan berbagai pandangan masyarakat dan sangat terkenal yaitu
Ihya’ Ulum al-Din, menurutnya bahwa pendidikan yang baik adalah yang dapat
mengantarkan manusia kepada keridhaan Allah swt., yang tentunya selamat hidup
dunia dan akhirat.
3. Periode Modern
Periode modern merujuk pada pembagian periodesasi sejarah
Islam, yaitu menurut Harun Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun
1800 M. periode ini ditandai dengan dikuasainya Bani Abbas dan Bani Ummaiyah
secara politik dan dilumpuhkan oleh imperialis Barat. Namun ada tiga kerajaan
besar Islam yang masih memegang hegemoni kekuasaan Islam, yaitu Turki Usmani
(Eropa Timur dan Asia-Afrika), kerajaan Safawi (Persia), dan kerajaan Mughol
(India).
Beberapa pemikir pendidikan yang tersebar di sejumlah
kekuasaan Islam tersebut sebagai tokoh yang ada kaitannya dengan perkembangan
filsafat pendidikan Islam pada periode modern, seperti:
Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986), membidangi secara
profesional bidang pengkajian Islam, pemikirannya tersebar di berbagai dunia
Islam, dan karya pentingnnya; Cristian Ethics, An Historical Atlas of Religions
of the World, Trialogue of Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of Islam,
pandangannya bahwa umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah, dan dualisme
sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh sebab itu
pendidikan harus dikembangkan ke arah yang lebih modern dan berorientasi ketauhidan.
Puncak dari pemikiran filsafat pendidikan Islam periode
modern terangkum dalam komperensi pendidikan Islam sedunia di Makkah tahun 1977
sebagai awal pencetusan konsep tentang penanganan pendidikan Islam. Selanjutnya
di Islamabad (1980) menghasilkan pedoman tentang pembuatan pola kurikulum, di
Dhakka (1981) menghasilkan tentang perkembangan buku teks, dan di Jakarta
(1982) telah menghasilkan tentang metodologi pengajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar