Pengikut

Selasa, 06 Desember 2016

Falsafah Masyarakat Jawa Kuno



Filosofi Jawa dinilai sebagai hal yang kuno, ndeso dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan dan mengajarkan hidup kita agar  senantiasa “Eling lan Waspodo”

Jawa dan kejawen sebagai bagian tak terpisahkan satu sama lain. Kejawen bisa menjadi penutup atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, pada masa Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus dengan ajaran masa lalu, kadang-kadang bahkan melibatkan aspek Jawa sebagai ‘bumbu’ untuk penyebaran agama Islam. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur Islam ditanamkan dalam budaya seperti pertunjukan wayang Jawa, lantunan lagu Jawa, ilmu sastra dan filsafat dalam bentuk syair, cerita epos, upacara tradisi selamatan, terutama di Kerajaan Mataram (Yogya/Solo).
Berikut adalah 10 falsafah dalam masyarakat jawa kuno :
1. Urip Iku Urup
Hidup itu Menyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.
2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman
Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja.
7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Ojo Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar