Filosofi Jawa dinilai sebagai hal
yang kuno, ndeso dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut
berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan
mampu menambah wawasan kebijaksanaan dan mengajarkan hidup kita agar senantiasa “Eling lan Waspodo”
Jawa dan kejawen sebagai bagian
tak terpisahkan satu sama lain. Kejawen bisa menjadi penutup atau kulit luar
dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, pada masa Hindu dan Budha.
Dalam perkembangannya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus dengan ajaran
masa lalu, kadang-kadang bahkan melibatkan aspek Jawa sebagai ‘bumbu’ untuk
penyebaran agama Islam. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran Islam
di Tanah Jawa. Unsur-unsur Islam ditanamkan dalam budaya seperti pertunjukan
wayang Jawa, lantunan lagu Jawa, ilmu sastra dan filsafat dalam bentuk syair,
cerita epos, upacara tradisi selamatan, terutama di Kerajaan Mataram
(Yogya/Solo).
Berikut adalah 10 falsafah dalam
masyarakat jawa kuno :
1. Urip Iku Urup
Hidup itu Menyala, Hidup itu
hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat
yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.
2. Memayu Hayuning Bawana,
Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus
mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat
angkara murka, serakah dan tamak.
3. Sura Dira Jaya Jayaningrat,
Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik,
angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang
Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa
massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa
mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari
kebendaan.
5. Datan Serik Lamun Ketaman,
Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati
manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo
Kagetan, Ojo Aleman
Jangan mudah terheran-heran.
Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg,
jangan manja.
7. Ojo Ketungkul Marang
Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau
terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan
duniawi.
8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger,
Ojo Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar
tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
9. Ojo Milik Barang Kang Melok,
Ojo Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang
tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan
kendor semangat.
10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok
sakti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar