Pengikut

Minggu, 18 Desember 2016

Filsafat dan Teologi dalam Pandangan Islam


Pepatah lama mengatakan “banyak jalan menuju Roma”, Untuk menggambarkan tentang cara atau metode apapun dalam mencapai segala tujuan. Sebuah tujuan kaitanya dengan pembahasan ini adalah untuk mengungkap hakikat realitas yaitu kebenaran sejati. Diantara jalan untuk mencapai tujuan tersebut seperti yang telah dikelompokkan oleh pemikir Islam terdahulu adalah melalui ilmu agama (irfan, teologi) dan filsafat[1]. Adapula pemikir lain yang pandanganya lebih empiris mengelompokkan-Nya menjadi ilmu sains, filsafat dan mistik[2]. Yang masing-masing cabang ilmu ini memiliki metode tersendiri dalam menemukan hakikat ilmu atau kebenaran sejati.
Telah kita ketahui bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, sejarah, dan masih banyak lagi. Namun agar kita mengetahui berbagai dimensi tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu[3]. Filsafat dan teologi atau yang biasa disebut ilmu kalam adalah dua disiplin ilmu yang sama-sama membahas kebenaran dan sama-sama memakai mediasi rasional untuk membahas kebenaran agama. Maka dari itu tentu akan sangat menarik jika kita bisa mengkaji lebih dalam tentang metode kedua disiplin ilmu ini didalam mengungkap kebenaran.
Teologi adalah disiplin ilmu yang mencoba merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkannya: “aku tahu kepada siapa aku percaya”. Teologi bukan agama dan tidak sama dengan Ajaran Agama. Dalam teologi, adanya unsur penyelidikan akal terhadap isi iman yang diharapkan memberi sumbangan substansial untuk integrasi akal dan iman, iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan imtaq (iman dan taqwa), yang pada gilirannya sangat bermanfaat bagi hidup manusia masa kini.
Tentu saja pengertian ini akan menjelaskan juga tentang makna filsafat didalam islam, yang artinya teologi adalah filsafat metafisika agama islam. Karena mediasi dan metode yang digunakan hampir sama atau bersinggungan, yaitu mediasi akal untuk mengklarifikasi kebenaran iman yang dilandasi pada firman tuhan yaitu wahyu, sehingga dalam hal-hal tertentu terjadi hubungan timbal balik yang cukup baik antara teologi dan filsafat.
Hubungan timbal balik ini bukan berarti keduanya bisa terus berjalan harmonis. Yang sering muncul justru perbedaan-perbedaan, ketegangan dan pertentangan, bahkan itu terjadi sejak awal. Setidaknya ini bisa dilihat pada perdebatan antara Abu Sa`id al-Syirafi (893-979 M) seorang teolog Muktazilah dengan Abu Bisyr Matta (870-940 M), guru filsafat al-Farabi yang beraliran Nestorian, sebagaimana yang dikemukakan Oliver Leaman, adalah bukti nyata akan hal itu, meski isi perdebatan tersebut sebenarnya baru menyangkut persoalan bahasa dan logika. Hinga pada akhirnya pertentangan antara teologi dan filsfat ini semakin memanas pada masa Al-Ghazali (1058-1111 M). Al-Ghazali mengkritik filsafat paripatetik didalam karyanya yang paling fenomenal yaitu Tahafut al-falasifah, yang mengakibatkan sebagian besar umat islam pada waktu itu mengkafirkan filsafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar