Manusia menurut
Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan
dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam
masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang
hanya berada dalam dunia. Manusi dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya
untuk melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas,
keterarahan, temporaritas dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi
dikarenakan kapasitasnya untuk meyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan
kesadaran manusia bersifat historis manusia membuat hubungan dengan dunianya
bersifat epokal, yang menunjukan disini berhubungan disana, sekarang
berhubungan masa lalu dan berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan
sejarah juga sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah. (Denis Collin, Paulo
Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, 2002).
Hakekat manusia
selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan
monoteisme, yang menccari unsur pokok yang menentujkan yang bersifat tunggal,
yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan
spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua
unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan nyaitu materi dan
rohani, nyakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya
berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco
kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua
unsur, ataukah mono pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua
unsur yang membentuknya. Manusia secara individu tidak pernah menciptakan
dirinya , kan tetapi bukan berarti bahwea ia tidak dapat menentukan jalan hidup
setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai
kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas jawaban mengenai
pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.
Manusia
merupakan mahluk yang unik yang menjadi salah satu kajian filsafat, bahkan
dengan mengkaji manusia yang merupakan mikro kosmos. Dalam filsafat pembagian
dalam melihat sesuatu materi yang terbagi menjadi dua macam esensi dan
eksistensi. Begitu pula manusia dilihat sebagai materi yang memiliki dua macam
bagian esensi dan eksistensi. Manusia dalam hadir dalam dunia merupakan bagian
yang berada dalam diri manusia esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi
manusia ini yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi. Esensi dan eksistensi
bersifat berjalan secara bersamaan dan dalam perjalananya dalam diri manusia
ada yang mendahulukan esensi dan juga eksistensi. Manusia yang menjalankan
esensi menjadikan ia bersifat tidak bergerak dan menunjau lebih dalam saja
tanpa melakukan aktualisasi. Begitu pula manusia yang menjalankan eksistensi
tanpa melihat esensi maka yang terjadi ia hanya ada tetapi tidak dapat mengada.
Seperti yang telah dikekmukakan oleh ‘Ali Syariati bahwa esensi manusia
merupakan dialektika antara ruh Tuhan dengan lempung dari dialektika tersebut
menjadikan manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya manusia merupakan
refleksi kritis terhadap manusia dan realitas sekitar. Sebagaimana perkataan
bijak yang dilontarkan oleh socrates bahwa hidup yang tak direfleksikan tak
pantas untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia dapat memahami
diri sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia yang memahami tentang dirinya
sendiri ma ia akan memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta
menjadikan manusia berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri
manusia. Proses pemahaman diri dengan refleksi kristis diri, agama dan
realitas, hal tersebut menjadikan diri manusia menjadi insan kamil atau manusia
sempurna.
Manusia yang
melakukan refleksi menyadari bahwa ia mahluk yang berdimensional dan bersifat
unik. Manusia menjadikan ia yang bertanggungjawab pada eksistensinya yang
berbagai macam dimensi tersebut. Manusia dalam eksistensinya sebagai al insan,
al basyar, ‘abdullah, annas, dan khalifah. Manusia dalam eksistensi tersebut
dikarenakan potensi yang berada dalam diri manusia seperti intelektual,
bilogis, spiritual, sosial dan estetika. Sifat dari manusia tersebut adalah
mahluk yang bebas berkreatif dan mahluk bersejarah dengan diliputi oleh
nilai-nilai trasendensi yang selalu menuju kesempurnaan. Hal tersebut
menjadikan manusia yang memiliki sifat dan karaktersistik profetik. Pembebasan
yang dilakukan oleh manusia adalah pembebasan manusia dari korban penindasan
sosialnya dan pembebasan dari alienasi antara eksistensi dan esensinya sehingga
manusia menjadi diri sendiri, tidak menjadi budak orang lain. Manusia yang
bereksistensi dalam kelima tersebut menjadikan ia sebagai mahluk pengganti
Tuhan dan menjalankan tugas Tuhan dalam memakmurkan bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar