Filsafat juga menjelaskan tenang proses terjadinya alam semesta. Penasaran bagaimana filsafat memandang proses terjadinya alam semesta? Check this out!
1. Materialisme:
Kesalahan Abad ke-19
Realitas penciptaan yang kita bicarakan telah diabaikan atau
diingkari sejak dahulu oleh sebuah pandangan filosofis tertentu. Pandangan itu
disebut "materialisme". Filsafat ini, yang semula dirumuskan di
kalangan bangsa Yunani kuno, juga telah muncul dari waktu ke waktu dalam budaya
lain, dan dikembangkan pula secara perorangan. Menurut materialisme, hanya
materi yang ada, dan begitulah adanya sepanjang waktu yang tak terbatas. Dari
pendirian itu, diklaim bahwa alam semesta juga "selalu" ada dan tidak
diciptakan.
Sebagai tambahan bagi klaim mereka bahwa alam semesta ada
dalam waktu yang tidak terbatas, penganut materialisme juga mengemukakan bahwa
tidak ada tujuan atau sasaran di dalam alam semesta. Mereka menyatakan bahwa
semua keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan yang tampak di sekitar kita
hanyalah peristiwa kebetulan. "Peristiwa kebetulan" juga diajukan
ketika muncul pertanyaan tentang bagaimana manusia terjadi. Teori evolusi,
dikenal luas sebagai Darwinisme, adalah aplikasi lain materialisme pada dunia
alam.
Baru saja disebutkan bahwa sebagian pendiri sains modern
adalah orang yang beriman, yang sepakat bahwa alam semesta diciptakan dan
diatur oleh Tuhan. Pada abad ke-19, terjadi perubahan penting dalam sikap dunia
ilmiah mengenai masalah ini. Materialisme dengan sengaja dimasukkan dalam
agenda ilmu alam modern oleh berbagai kelompok. Karena keadaan politik dan
sosial abad ke-19 membentuk basis kuat bagi materialisme, filsafat tersebut
diterima luas dan tersebar ke seluruh dunia ilmiah. Akan tetapi, temuan sains
modern secara tidak terbantahkan menunjukkan betapa kelirunya pernyataan
materialisme.
2. Temuan-Temuan
Sains Abad ke-20
Mari kita tinjau lagi dua pandangan materialisme tentang
alam semesta:
1. Alam
semesta telah ada sejak waktu yang tak terbatas, dan karena tidak mempunyai
awal atau akhir, alam semesta tidak diciptakan.
2. Segala sesuatu
dalam alam semesta hanyalah hasil peristiwa kebetulan dan bukan produk
rancangan, rencana, atau visi yang disengaja.
Kedua pandangan ini dikemukakan dengan berani dan dibela
mati-matian oleh materialis abad ke-19, yang tentu saja tidak punya jalan lain
kecuali bergantung kepada pengetahuan ilmiah zaman mereka yang terbatas dan
tidak canggih. Kedua pendapat itu telah dibantah sepenuhnya dengan
penemuan-penemuan sains abad ke-20.
Yang terkubur pertama kali adalah pendapat bahwa alam
semesta sudah ada sejak waktu yang tak terbatas. Sejak tahun 1920-an, telah
muncul bukti tegas bahwa pendapat ini tidak mungkin benar. Para ilmuwan
sekarang merasa pasti bahwa jagat raya tercipta dari ketiadaan, sebagai hasil
suatu ledakan besar yang tak terbayangkan, yang dikenal sebagai "Dentuman
Besar (Big Bang)". Dengan kata lain, alam semesta terbentuk, atau
tepatnya, diciptakan oleh Allah. Kesimpulannya, filsafat yang disebut
materialisme telah ditolak oleh sains modern. Dari posisinya sebagai pandangan
ilmiah yang dominan pada abad ke-19, materialisme telah jatuh menjadi cerita
fiksi pada abad ke-20. Seperti yang ditunjukkan Allah:Abad ke-20 juga
menyaksikan kehancuran klaim materialis yang kedua: bahwa segala sesuatu di
jagat raya adalah hasil dari kebetulan dan bukan rancangan. Riset yang diadakan
sejak tahun 1960-an dengan konsisten menunjukkan bahwa semua keseimbangan fisik
alam semesta umumnya dan bumi kita khususnya dirancang dengan rumit untuk
memungkinkan kehidupan. Ketika penelitian ini diperdalam, ditemukan bahwa
setiap hukum fisika, kimia, dan biologi, setiap gaya-gaya fundamental seperti
gravitasi dan elektromagnetik, dan setiap detail struktur atom dan unsur-unsur
alam semesta sudah diatur dengan tepat sehingga manusia dapat hidup. Ilmuwan
masa kini menyebut desain luar biasa ini "prinsip antropis". Prinsip
ini menyatakan bahwa setiap detail alam semesta telah dirancang dengan cermat
untuk memungkinkan manusia hidup.
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa
yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan
masuk neraka." (QS. Shaad: 27)
Adalah keliru untuk menganggap alam semesta diciptakan
dengan sia-sia. Filsafat yang benar-benar keliru seperti materialisme dan
sistem-sistem yang berdasarkan pada paham itu telah ditakdirkan untuk gagal
sejak awal sekali.
Penciptaan adalah sebuah fakta. Dalam makalah ini kita akan
mengkaji bukti kenyataan tersebut. Kita akan melihat bagaimana materialisme
telah runtuh di hadapan sains modern dan juga menyaksikan betapa menakjubkan
dan sempurna alam semesta dirancang dan diciptakan oleh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar