Pengikut

Minggu, 18 Desember 2016

Filsafat Ekonomi Islam Sebagai Implikasi Tauhid


Filsafat Ekonomi merupakan prinsip dari sebuah system ekonomi yang dibangun. Filasafat ekonomi inilah yang menjadi pedoman dalam kegiatan ekonomi. Dari filsafat ekonomi dapat diturunkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya tujuan kegiatan ekonomi produksi, distribusi, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle:
yakni filsafat Tuhan, manusia dan alam. Jadi kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dan Tuhan, alam dan manusialainya. Selain itu, filsafat ekonomi Islam juga membahas tujuan hidup manusia di bumi ini.
Hubungan manusia dengan Tuhan dirumuskan dengan tauhid. Dalam pandangan Al Quran, filsafat fundamentalis dari ekonomi Islam adalah tauhid tersebut’ (QS. Az Zumar: 38) Hakikat tauhid adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak ilahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah dalam rangka menciptakan pola kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam konteks ini, Ismail al-Faruqi mengatakan,” it was al-tawhid as first principle of the economrder that created the first ‘welfare state’ and Islam that institutionalized that first socialist more for social justice as well as for best ideals of comtemporary western societies.” “Tauhidlah sebagai prinsip pertama tata ekonomi yang menciptakan ‘negara sejahtera’ yang pertama dan Islamlah yang melembagakan gerakan sosialis pertama. Islam (dengan konsep tauhid) telah melakukan lebih banyak bagi keadilan social dan pengembalian martabat manusia. Konsep dan pengertian yang canggih ini ditemukan dalam masyarakat barat masa kini.” Landasan filosofi inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalisme dan sosialisme, akrena keduanya didasarkan pada filsafat sekularisme dan materialisme. Landasan filosofi inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalisme dan sosialisme, karena keduanya didasarkan pada filsafat sekluralisme dan materialism. Tuhan, dalama filsafat triangle di atas menduduki posisi puncak ( tertinggi). Pemahaman terhadap konsep ini berakibat pada penjungkirbalikkan, misalnya manusia menempati posisis puncak, yang membawanya kepada pendewaan diri sendiri (antrosentris) dan menggeser eksistensi Tuhan (Teosentris), maka ia menjadi sekuler dan bertetangan dengan filsafat ekonomi Ilam, itulah yang terjadi padaekonomi liberal dan kapitalis, atau sama sekali menghilangkan eksisteni Tuhan (atheis) seperti ekonomi sosialis. Kenyataan menunjukkkan bahwa kedua filsafat ekonomi kapitalis dan sosialis telah membawa manusia bertindak memperbudak manusia lain, mengelola kekayaan alam dengan mengeyampingkan perananan Tuhan. Akibat selanjutnya dari keadaan ini adalah terjadinya dekadensi nilai antara manusia dan Tuhan, dehumanisasi antara manusia dan manusia dan disharmoni antara manusia dengan alam. Filsafat ekonomi Islam, sebagai implikasi tauhid dapat dilihat pada uraiaian berikut: Allah menyediakan sumber daya alam sangat banyak demi memenuhi kebutuhan manusia. Manusia yang berperan sebagai khalifah dapat memanfaatkan sumber daaya alam tersebut untuk kebutuhan hidupnya. Dalam pandangan Islam, nikmat Allah hampir tak terbatas banyaknya. Sebagaimana dalam firmanNya,” Dan seandainya kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya ingin kamu tidak bisa menghitungnya.” (QS Ibrahim: 34). Para ahli ekonomi konvensional selalu menyebutkan bahwa sumber daya alam terbatas (limited) sementara keinginan manusia tidak terbatas (unlimited). Karena itu, menurut ekonomi Islam, krisis ekonomi yang dialami suatu negara bukan karena terbatasnya sumber daya alam, melainkan karena tidak meratanya distribusi (maldistribution), sehingga terwujud ketidakadilan (injustice). Semua pakar ekonomi senantias mengutip ayat-ayat dan hadits untuk menunjukkan bahwa pertanian, perdagangan , industry baik barang atau jasa dan berbagai bentuk kegiatan produktif yang sudah dikenal sejak awal sejarah Islam telah disebutkan secara tegas dalam thema ini. Tauhid dalam wacana ekonomi Islama berarti bahwa semua yang ada di alam semesta merupakan ciptaan dan milik Allah secara absolute. Konsep tauhid mengajarkan bahwa Allah itu Esa, Pencipta segaa makhluk yang diciptakannya adalah manusia yang berasal dari subtansi yang sama serta memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sumber daya alam , flora dan fauna ditundukkan oleh Allah sebagai sumber manfaat ekonomis bagi umat manusia (QS Al Anaam: 142-145, an Nahl: 10-16). Konsep persamaan manusia mengindetifikasikan bahwa Islam mengutuk manusia yang berkelas-kelas. Implikasi dari dokrin ini ialah bahwa antara manusia terjalin persamaan dan persaudaraan dalam kegiatan ekonomi, yakni syirkah, qiradh, dan mudharabah (profit and lost sharing). Dokrin egalitarian Islam seperti itu jelas berbeda dengan system ekonomi kapitalisme yang individualistis. Secara garis besar falsafah ekonomi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: Terdapat nilai-nilai utama di dalam ekonomi Islam yaitu ketuhanan, akhlak dan kemanusiaan. Nilai-nilai ini menggambarkan keunikan yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan keunikan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Atas dasar itu kita dapat menyatakan dengan penuh kepercayaan dan ketenangan bahwa ekonomi Islam berbeda dengan yang lain. Ekonomi Islam adalah ekonomi ketuhanan/ilahiah, ekonomi yang berwawasan kemanusiaan dan ekonomi akhlak. Ekonomi Islam adalah ekonomi ketuhanan/ilahiah, karena ilmu ekonomi Islam titik berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariat Allah. Ekonomi Islam adalah ekonomi akhlak. Hal yang membedakan antara system Islam dengan system yang lain adalah bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya tidak pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, antara perang dan akhlak dan lainnya. Ekonomi Islam adalah ekonomi kemanusiaan. Menghargai kemanusiaan adalah bagian dari prinsip Ilahiah yang telah memuliakan manusia dn menjadikannya sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Jika prinsip-prinsip ekonomi Islam berlandaskan kepada Al-Qur’an dan sunnah, yang merupakan nash-nash Ilahiah, maka manusia adalah pihak yang mendapatkan arahan dari nash-nash tersebut. Allah tidak akan pernah menurunkan para malaikat untuk bercocok tanam atau melakukan kegiatan ekonomi industry, karena mereka tidak bisa melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar