Filsafat Ekonomi merupakan prinsip dari sebuah system ekonomi yang dibangun. Filasafat ekonomi inilah yang menjadi pedoman dalam kegiatan ekonomi. Dari filsafat ekonomi dapat diturunkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya tujuan kegiatan ekonomi produksi, distribusi, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle:
yakni filsafat Tuhan, manusia dan alam. Jadi kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dan Tuhan, alam dan manusialainya. Selain itu, filsafat ekonomi Islam juga membahas tujuan hidup manusia di bumi ini.
Hubungan manusia dengan Tuhan dirumuskan dengan tauhid.
Dalam pandangan Al Quran, filsafat fundamentalis dari ekonomi Islam adalah
tauhid tersebut’ (QS. Az Zumar: 38) Hakikat tauhid adalah penyerahan diri yang
bulat kepada kehendak ilahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah dalam
rangka menciptakan pola kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam
konteks ini, Ismail al-Faruqi mengatakan,” it was al-tawhid as first principle
of the economrder that created the first ‘welfare state’ and Islam that
institutionalized that first socialist more for social justice as well as for
best ideals of comtemporary western societies.” “Tauhidlah sebagai prinsip
pertama tata ekonomi yang menciptakan ‘negara sejahtera’ yang pertama dan
Islamlah yang melembagakan gerakan sosialis pertama. Islam (dengan konsep
tauhid) telah melakukan lebih banyak bagi keadilan social dan pengembalian
martabat manusia. Konsep dan pengertian yang canggih ini ditemukan dalam
masyarakat barat masa kini.” Landasan filosofi inilah yang membedakan ekonomi
Islam dengan ekonomi kapitalisme dan sosialisme, akrena keduanya didasarkan
pada filsafat sekularisme dan materialisme. Landasan filosofi inilah yang
membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalisme dan sosialisme, karena
keduanya didasarkan pada filsafat sekluralisme dan materialism. Tuhan, dalama
filsafat triangle di atas menduduki posisi puncak ( tertinggi). Pemahaman
terhadap konsep ini berakibat pada penjungkirbalikkan, misalnya manusia
menempati posisis puncak, yang membawanya kepada pendewaan diri sendiri
(antrosentris) dan menggeser eksistensi Tuhan (Teosentris), maka ia menjadi
sekuler dan bertetangan dengan filsafat ekonomi Ilam, itulah yang terjadi
padaekonomi liberal dan kapitalis, atau sama sekali menghilangkan eksisteni
Tuhan (atheis) seperti ekonomi sosialis. Kenyataan menunjukkkan bahwa kedua
filsafat ekonomi kapitalis dan sosialis telah membawa manusia bertindak
memperbudak manusia lain, mengelola kekayaan alam dengan mengeyampingkan
perananan Tuhan. Akibat selanjutnya dari keadaan ini adalah terjadinya
dekadensi nilai antara manusia dan Tuhan, dehumanisasi antara manusia dan
manusia dan disharmoni antara manusia dengan alam. Filsafat ekonomi Islam,
sebagai implikasi tauhid dapat dilihat pada uraiaian berikut: Allah menyediakan
sumber daya alam sangat banyak demi memenuhi kebutuhan manusia. Manusia yang
berperan sebagai khalifah dapat memanfaatkan sumber daaya alam tersebut untuk kebutuhan
hidupnya. Dalam pandangan Islam, nikmat Allah hampir tak terbatas banyaknya.
Sebagaimana dalam firmanNya,” Dan seandainya kamu menghitung-hitung nikmat
Allah, niscaya ingin kamu tidak bisa menghitungnya.” (QS Ibrahim: 34). Para
ahli ekonomi konvensional selalu menyebutkan bahwa sumber daya alam terbatas
(limited) sementara keinginan manusia tidak terbatas (unlimited). Karena itu,
menurut ekonomi Islam, krisis ekonomi yang dialami suatu negara bukan karena
terbatasnya sumber daya alam, melainkan karena tidak meratanya distribusi
(maldistribution), sehingga terwujud ketidakadilan (injustice). Semua pakar
ekonomi senantias mengutip ayat-ayat dan hadits untuk menunjukkan bahwa
pertanian, perdagangan , industry baik barang atau jasa dan berbagai bentuk kegiatan
produktif yang sudah dikenal sejak awal sejarah Islam telah disebutkan secara
tegas dalam thema ini. Tauhid dalam wacana ekonomi Islama berarti bahwa semua
yang ada di alam semesta merupakan ciptaan dan milik Allah secara absolute.
Konsep tauhid mengajarkan bahwa Allah itu Esa, Pencipta segaa makhluk yang
diciptakannya adalah manusia yang berasal dari subtansi yang sama serta
memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sumber daya alam , flora dan fauna ditundukkan oleh Allah sebagai sumber
manfaat ekonomis bagi umat manusia (QS Al Anaam: 142-145, an Nahl: 10-16).
Konsep persamaan manusia mengindetifikasikan bahwa Islam mengutuk manusia yang
berkelas-kelas. Implikasi dari dokrin ini ialah bahwa antara manusia terjalin
persamaan dan persaudaraan dalam kegiatan ekonomi, yakni syirkah, qiradh, dan
mudharabah (profit and lost sharing). Dokrin egalitarian Islam seperti itu
jelas berbeda dengan system ekonomi kapitalisme yang individualistis. Secara
garis besar falsafah ekonomi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: Terdapat
nilai-nilai utama di dalam ekonomi Islam yaitu ketuhanan, akhlak dan
kemanusiaan. Nilai-nilai ini menggambarkan keunikan yang utama bagi ekonomi
Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan keunikan yang bersifat menyeluruh
yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Atas
dasar itu kita dapat menyatakan dengan penuh kepercayaan dan ketenangan bahwa
ekonomi Islam berbeda dengan yang lain. Ekonomi Islam adalah ekonomi
ketuhanan/ilahiah, ekonomi yang berwawasan kemanusiaan dan ekonomi akhlak.
Ekonomi Islam adalah ekonomi ketuhanan/ilahiah, karena ilmu ekonomi Islam titik
berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah dan cara-caranya tidak
bertentangan dengan syariat Allah. Ekonomi Islam adalah ekonomi akhlak. Hal
yang membedakan antara system Islam dengan system yang lain adalah bahwa antara
ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya tidak
pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, antara
perang dan akhlak dan lainnya. Ekonomi Islam adalah ekonomi kemanusiaan.
Menghargai kemanusiaan adalah bagian dari prinsip Ilahiah yang telah memuliakan
manusia dn menjadikannya sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Jika
prinsip-prinsip ekonomi Islam berlandaskan kepada Al-Qur’an dan sunnah, yang
merupakan nash-nash Ilahiah, maka manusia adalah pihak yang mendapatkan arahan
dari nash-nash tersebut. Allah tidak akan pernah menurunkan para malaikat untuk
bercocok tanam atau melakukan kegiatan ekonomi industry, karena mereka tidak
bisa melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar