Asas yang berarti prinsip atau dasar merupakan hal penting dalam berfilsafat, karena segala sesuatu yang berlaku disini adalah bertujuan agar bisa mengantarkan orang yang mempelajarinya mencapai kebenaran dan kebijaksanaan.Adapun yang membedakan antara asas dengan pengantar filsafat adalah penjelasan asas yang lebih mendalam dan penjelasan pengantar yang meluas.Sebelum mulai berfilsafat kita perlu mempersiapkan hal-hal penting,beberapa diantaranya adalah tidak tergesa-gesa,tenang dan berpikir secara rapi dan terlatih.
Filsafat
secara etimologi dapat diartikan sebagai“teman kebijaksanaan atau mencintai
sifat bijaksana”,sedangkan secara terminologi dapat diartikan sebagai suatu
sikap,metode,kelompok masalah dan teori,analisis bahasa atau usaha untuk
memperoleh pandangan secara menyeluruh.Filsafat sendiri timbul dari keheranan
atau kekaguman (thaumasia) yang diikuti dengan pengajuan pertanyaan yang
bersifat mendasar, namun ada juga yang mengatakan bahwa timbulnya filsafat
dikarenakan keraguan manusia terhadap pernyataan kebenaran yamg mereka terima.
Setiap
jenis pengetahuan pasti mempunyai objek material (sesuatu yang dijadikan
sasaran pemikiran) dan objek formal (sudut pandang atau cara pengadaan
tinjauan),begitu juga dengan filsafat yang mempunyai objek material dan formal,
namun yang membedakan objek filsafat dengan ilmu lain adalah filsafat lebih
bersifat meluas dan mendalam bila dibandingkan dengan ilmu lain.
Persoalan
filsafat mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan persoalan lainnya yaitu lebih
bersifat umum,tidak semata-mata bersifat faktawi (melebihi fakta yang ada),
bersangkutan dengan arti dan nilai, bersifat sinoptik (objek
dipahami dalam konteks keseluruhan), bersifat implikatif (memunculkan persoalan
baru). Persoalan filsafat yang dimulai dari keheranan akan diikuti dengan pengajuan
pertanyaan, beberapa bentuk pertanyaan kefilsafatan adalah apa (what), mengapa
(why) yang mempunyai 3 arti yaitu sebab, tujuan dan struktural.Dalam pemecahan
masalah-masalah filsafat terdapat rintangan atau kesalahan yang harus dihindari
agar dapat mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan, diantaranya adalah
adanya keterikatan manusia pada apapun yang dapat mempengaruhi dan menyesatkan
pengetahuan sehari-hari atau pengetahuan akal sehat, dalam hal ini Francis
bakon (1564-1626) memberikan contoh klasik tentang kesalahan berfikir yang
disebutnya idola (idols), menurutnya ada 4 idola atau keterikatan yaitu
:kesukuan (lingkungan), goa (kandang), pasar (kata dan nama yang digunakn
sehari-hari) dan teater (keyakinan,ilmu,agama dll).
Prinsip pemikiran
menurut Aristoteles (384-322) ada 3 yaitu kesamaan (principium identitatis) ,
kontradiksi (principium contradictionis) dan tidak ada kemungkinan ketiga
(principium exclusi tertii), sedangkan Gottfried Wilhelm von Leibniz
(1646-1716) mengemukakan satu prinsip yaitu prinsip cukup alasan (principium
rationis).
Ciri
berfikir secara kefilsafatan diantaranya adalah kritis(tidak menerima begitu
saja terhadap konsep atau asumsi), radikal (mengakar sehingga sampai kepada
hakikat, esensi dan substansi), rasional, konseptual (hsil dari generalisasi
dan abstraksi dari pengalaman hal serta proses individual), koheren
(berhubungan dengan suatu pengertian umum dan sesuai dengan hukum atau kaidah
logika), konsisten (konsep atau bentuk uraian tidak menggandung kontradiksi),
sistematik (berhubungan), komprehensif (men cakup keseluruhan), bebas,
bertanggung jawab.
Secara
kodrati dalam diri manusia terkandung sikap keingintahuan terhadap sesutu yang
berada disekelilingnya, untuk itu dia akan melakukan berbagai macam cara untuk
memenuhi hasrat rasa keingintahuan tersebut dan bertujuan untuk memperoleh
kebenaran, kemudian cara tersebut akan menentukan jenis pengetahuan atau
menghasilkan jenis pengetahuan tertentu.Pada umumnya dibedakan beberapa jenis
pengetahuan yaitu pengetahuan akal sehat (common sense), pengetahuan cerapan indera (sense
perception), pengetahuan dari orang, lembaga, institusi yang mempunyai
kewenangan (authority) atau bisa juga dari gagasan yang didukung secara luas
atau gagasan yang berkaitan dengan masa lampau, pengetahuan yang diperoleh
lewat akal (reason), pengetahuan yang diperoleh secara langsung (intuition)
yang menurut Immanuel kant dibedakan menjadi 2 yaitu instuisi pengalaman
(menggunakan indera secara langsung) dan intuisi murni (intuisi yang
strukturnya diberikan oleh intuisi empiris menjadi rangsang indera) dan yang
terakhir adalah pengetahuan wahyu (revelation).
Dalam
mencapai atau memperoleh kebenaran akal akan melalui tahap-tahap atau keadaan
yaitu tahap kurang tahu (akal tidak memiliki kebenaran), tahap ragu-ragu (akal
berada pada kondisi seimbang antara penegasan dan pengingkaran), tahap pendapat
(akal sudah dapat menegaskan tentang sesuatu hal, namun masih terdapat
keraguan), kemudian tahap kepastian yang merupakan penegasan akal yang tetap
terhadap kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar