Filsafat barat Abad Pertengahan (479-1492 M) juga dapat
dikatakan sebagai “Abad Gelap”, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan
sejarah gereja. Memang saat itu, tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan
manusia. Para ahli fikir saat itu tidak lagi memiliki kebebasan untuk berfikir.
Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja
orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja
melarang diadakannya penyelidikan
berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama/teologi
yang tidak berdasarkan larangan yang ketat. Yang berhak melaksanakan
penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga
yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian
diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini
mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir XII, dan yang paling
berhasil dalam pengajaran orang-orang murtad ini di Spanyol.
Masa abad pertengahan in juga dapat dikatakan sebagai suatu
masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau sistem
kepercayaan yang fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta.
Karena itu perkembangan ilmu pengatahuan terhambat.
Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang dianggap penting
sebagai patokan suatu era (zaman),karena selain memiliki zaman atau khas, yaitu
suatu aliran filsafat bisa meniggalkan pengaruhyang sangat bersejarah pada
peradaban manusia. Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama.
Segala perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkankarena
abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau. Karena pada waktu itu adanya
perpindahan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan romawi,
sampaikerajaan tersebut runtuh. Bersama kerajaan itu runtuh, runtuh pula lah
peradaban romawi, baik itu yang bukan umat kristiani maupun peradaban kristiani
yang di bangun pada abad ke-5terakhir. Pada perkembangan peradaban yang kacau
ini, mungkin ada yang berkembang pada peradaban yang baru di bawah pemerintahan
Karel Agung (742 — 814), yang memerintah pada awal abad pertengahan, di Eropa
mungkin ada ketenangan di bidang politik. Pada waktu itulahkebudayaan mulai
bangkit, dan bangkitlah ilmu pengetahuan dan kesenian. Juga filsafat mulai di
perhatikan.Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda
sekali dengan pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan
suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru,
yaitu bangsa Eropa Barat. Filsafat yang baru ini disebut skolastik.Abad
pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang khas akan pemikiran eropa yang
berkembang pada abad tersebut, dan menjadikan suatu kendala yang disesuaikan
dengan ajaran agama.
Definisi/karakteristik Pemikiran Masa Abad Pertengahan
Menurut Herman (2007-27), pada zaman ini dikenal aliran
filsafat patristik dan skolastik berdasarkan Theos. Filsuf terkenal pada masa
ini adalah Agustinus (354-43 SM) dan Thomas Aquinas (1225-1275) yang
memunculkan ajaran Tomisme. Selain itu, dikenal juga filsuf-filsuf muslim pada
zaman keemasan abad pertengahan, yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu
Rusjd, dan Al-Ghazali yang menunjukkan hubungan mata rantai dengan sejarah
filsafat Yunani (adanya semboyan mitos-logos-theos). Thomas Aquinas (1225-1227)
merupakan murid dari Albertus Agung yang mengembangkan pemikiran Aristoteles.
Filsafatnya adlah theologis yang memadukan pemikiran Agustinus dan Neo
Platomisme dengan mempergunakan pemikiran Arilstoteles.
Sejarah filsafat abad pertengahan dibagi menjadi dua zaman
atau periode, yakni periode pratistik dan periode skolastik.
1. Patristik (100-700)
Patristik berasal dari kata Latin Patres yang berarti
bapa-bapa gereja, adalah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama kristen.
Didunia barat agama katolik mulai tersebar dengan ajaranya
tentang Tuhan, manusia dan etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkanya
maka mereka menggunakan filsafat yunani dan memperkembangkanya lebih lanjut,
khususnya menganai soal soal tentang
kebebasan manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat tuhan. Yang terkenal
Tertulianus (160-222), Origenes (185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya. Zaman ini
muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan dengan usaha keras para Bapa
Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Kristen serta
membelanya dari serangan kaum kafir dan bid’ah kaum Gnosis.
2. Skolastik 800-1500
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa
Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada
pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah
para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang
didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan
universitas dan ordo-ordo biarawan. Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk
kepada suatu periode di Abad Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan
banyak pengajar ulung bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata
“skolastik” menunjuk kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.
Zaman Skolastik memiliki tiga periode, yaitu :
a) Periode Skolstik
awal (800-120)
Ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena
hubungan yang erat antara agama dan filsafat. Ditandai oleh pembentukan metode
yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Pada periode
ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi
tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika Aristoteles
diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan “metode skolastik”
dengan pro dan kontra mulai berkembang (Petrus Abaelardus pada abad ke-11 atau
ke-12).
b) Periode puncak
perkembangan skolastik (abad ke-13)
Periode puncak perkembangan skolastik dipengaruhi oleh
Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat
Aristoteles memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan.
Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima,
keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan
filsafat Arab dan Yahudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar