Menurut “Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Para filusuf mengemukakan pandangan berbeda mengenai tujuan
pendidikan secara menyeluruh, antara lain:
1. Plato (427-347 SM)
Tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar
akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan.
2. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles menganggap kebahagiaan sebagai tujuan dari
pendidikan yang baik. Ia mengembangkan individu secara bulat dan total,
meliputi aspek jasmaniyah, emosi, dan intelek. Ia juga mengakui bahwa
kebahagiaan tertinggi adalah “kehidupan berpikir”.
3. Thomas Aquinas
Thomas berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun
kemampuan – kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada
kesadaran tiap –tiap individu. Seorang guru bertugas untuk menolong
membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak didik agar menjadi aktif
dan nyata.
4. John Dewey
Tujuan pendidikan adalah efisiensi sosial dengan cara
memberikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi
pemenuhan kepentingan dan kesejahteraan bersama secara bebas dan maksimal.
Pendekatan yang dilakukan oleh filosofis terhadap hakekat
tujuan pendidikan nasional yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan
membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman.
Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih
luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi
maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains.
Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber
dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan
hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan
cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang
lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan
melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang
pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model:
1. Model filsafat spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang
segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan
manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki
kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan
hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman
2. Model filsafat preskriptif
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu
ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan
manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan buruk, benar
dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam
dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks
pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku
manusia yang bermanfaat.
3. Model filsafat analitik
Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata,
istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau
gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan
secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem
berfikir.
Pendekatan filosofis pada dasarnya bertujuan untuk
menjelaskan inti, dan hakikat, mengenai sesuatu yang berada di balik suatu
objek tertentu.
Inti Tujuan Pendidikan:
Inti dari Tujuan pendidikan adalah Keimanan kepada Tuhan
YME. Ibarat pohon besar ranting-ranting adalah semua cabang ilmu pengetahuan,
dan badan pohon di ibaratkan sebagai filsafat merupakan induk dari cabang ilmu
pengetahuan. Serta akar sebagai inti/dasar induk cabang ilmu pengetahuan yaitu
iman. Jadi kesimpulannya bahwa apapun ilmu yang kita peroleh dasarnya adalah
iman (tauhid). Dasar pancasila kita saja dalam sila pertama “Ketuhanan Yang
Maha Esa” merujuk pada keimanan, merupakan pembungkus dari empat sila yang lain.
Hakekat Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of
value dan transfer of culture and transfer of religius yang diarahkan pada
upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya
untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut Freire hakekat tujuan pendidikan adalah membebaskan.
Freire mendobrak bahwa pendidikan haruslah mencermati realitas sosial.
Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan teknik pengajaran bagi anak didik.
Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan menggunakan proyektor
dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan sesuatu kepada
peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah
praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di
dalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka . Hal senada juga
di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan seharusnya memerdekakan.
Dari pemaparan diatas, telah dijelaskan secara panjang lebar
mengenai pandangan para filosof terhadap tujuan pedidikan nasional. Dengan
demikian, pandangan filsafat pendidikan Islam terhadap tujuan pendidikan
nasional dapat dikatakan bahwasanya tujuan utama pendidikan adalah membina
pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek
kehidupan. Sedangkan kebahagiaan tertinggi adalah “kehidupan berpikir”, menuntun
kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada
kesadaran tiap –tiap individu, efisiensi sosial dengan cara memberikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi pemenuhan
kepentingan dan kesejahteraan bersama secara bebas dan maksimal.
Pendidikan Islam maupun pendidikan nasional membutuhkan
filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan
pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan
muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak
terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak
mungkin dapat dijangkau oleh sains, Nilai dan tujuan hidup memang merupakan
fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang
dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih
mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar