Bicara tentang Filsafat, maka kita juga tidak luput dari filosofis Kritisisme. Teori ini lahir dari seorang filsuf yang terkenal dengan kesederhanaan dan ketelitian dalam kehidupan. Ia juga merupakan seorang yang monoton dalam menjalani kehidupan. Ia adalah seorang yang ramah dan sopan, akan tetapi ia membujang selama hidupnya. Penasaran siapa? Check this out! :D
Filsuf
ini lahir dengan nama Immanuel Cant, namun pada saat itu terdapat perubahan
ejaan yang menentukan bahwa huruf C dibaca seperti S sehingga untuk tidak
meragukan orang yang mengenalknya akhirnya nama itu ditulis seperti yang
dikenal orang sekarang yakni Immanuel Kant. Kant lahir di Koenigsberg, sebuah
kota yang berada di Prusia Timur pada tanggal 22 April 1724. Kant terlahir dari
keluarga yang sederhana. Keluarganya adalah pembuat dan penjual alat-alat dari
kulir untuk keperluan penunggang kuda.
Kant
sangat memperhatikan hal-hal kecil sehingga membuatnya serba teliti lebih-lebih
dalam hal pembagian waktu yang membuatnya sangat teratur dalam menjalani
hari-harinya, hanya saja kehidupan Kant sangat monoton. Konon karena begitu
teratur kehidupannya, maka penduduk Koenigsberg tahu bahwa waktu menunjukkan pukul empat sore,
bila mereka melihat Kant lewat depan rumah mereka dengan tongkat dan jas
kelabunya.
Kant
adalah seorang yang ramah dan sopan. Ia juga mudah menyesuaikan diri dengan
orang lain. Kant hidup membujang, meskipun ia adalah seorang yang mudah
berteman. Meskipun begitu, Kant tidak pernah menjenguk temannya yang sakit,
karena ia takut tertular penyakit temannya itu dan ia berusaha melupakan
temannya yang telah meninggal.
Kant
pernah belajar di Collegium Friedericianum di Koenigsberg, namun Kant tidak
banyak mendapat ilmu pengetahuan alam dan filsafat yang baginya sangat menarik.
Kemudian ia pindah ke Universitas di Koenigsberg, mula-mula nelajar teologi tetapi
setelah belajar selama enam tahun ia pindah mempelajari filsafat. Mulai saat
itu Kant mendapat pengaruh dari Martin Knutzen, seorang professor dalam mata
kuliah logika dan metafisika dan yang merupakan salah seorang penganut filsafat
Wollf. Karena dekatnya dengan Martin Knutzen, Kant diizinkan mempergunakan
buku-buku milik Martin Knutzen, sehingga pengaruh itu makin mendalam dan
karenanya terangsanglah ia untuk mulai mempelajari ilmu pengetahuan Newton.
Kant
baru menyelesaikan studinya pada tahun 1755 , karena ia terpaksa bekerja
sebagai guru privat di beberapa keluarga bangsawan demi kelangsungan studinya selama
kira-kira sembilan tahun. Tahun 1756 ia mencalonkan diri untuk menggantikan
Martin Knutzen yang meninggal, tetapi ia tidak berhasil karena Knutzen
dipandang sebagai seorang profesor yang luar biasa, sehingga diambil keputusan
kursi Knutzen dibiarkan kosong. Sejak tahun 1764 Kant ditawari menjadi pemegang
mata kuliah puisi, tetapi ia menolaknya penawaran semacam itu datang pula dari
Universitas Jena, pada tahun 1769, dan ia pun mengambil keputusan yang sama.
Selama
lima belas tahun sejak ia lulus, ia menjadi dosen luar biasa pada Universitas
di Koenigsberg. Di samping itu sejak tahun 1766 ia menjadi asisten
perpustakaan, sehingga dari pendapatannya itu ia teringankan dalam hal biaya
hidupnya. Jabatan di perpustakaan pada tahun 1772 diserahkan kembali karena ia
merasa tidak sesuai dengan bidangnya, apalagi karena sejak tahun 1770 ia
diangkat menjadi profesor dalam logika dan metafisika, dan jabatan itu
dipegangnya sampai ia meninggal. Mata kuliah itu dibinanyan lebih dari 40
tahun, bahkan di samping mata kuliah itu ia pun memberikan mata kuliah lain,
diantaranya geografi, antropologi, teologi, dan filsafat moral.
Kant
meninggal pada usia 80 tahun. Pada tanggal 12 Februari 1804. Upacara
pemakamannya banyak mendapat perhatian dari masyarakat karena sifat sosialnya
dan karena ia merupakan teman orang banyak yang mengesankan. Meski pun Kant
tidak termasuk orang yang kaya, tetapi secara teratur ia menyisihkan sebagian
dari kekayaannya untuk membantu orang-orang miskin.
Pada
tahun 1924-peringatan seratus tahun kelahiran Kant- sisa-sisa tulang-belulang
dipindahkan ke serambi katedral dipusat Konigsberg. Ketika perang dunia kedua
berkecamuk hebat, serambi katedral itu porak poranda akibat perang melawan
Jerman. Pada tahun 1950, beberapa orang tidak dikenal membongkar peti-batunya
dan membawa kabur tulang-belulangnya. Yang masih tinggal sekarang adalah sebuah
nisan dari perunggu yang melekat pada dinding serambi, dan memuat tulisan
"Langit berbintang diatas saya, hukum didalam saya" (Coelum stellatum
supra me, lex morallis intra me ) dua hal yang dikagumi Kant selama hidupnya
didunia ini, bila ia merenungkan misteri alam semesta (fisika) dan misteri
pribadi sang manusia (etika).
Referensi dari membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar